Kecintaan seseorang pada suatu hal dapat melahirkan berbagai inspirasi. Salah satunya kerta api, kecintaan ini dituangkan dalam bentuk miniatur kereta api. Ada lokomotif, gerbong, roda, mesin, peron, hingga area lintasan mini dan jembatan pelengkap. Bentuk miniatur kereta dibuat mirip dengan aslinya.
Detil dan kemiripan memang menjadi yang paling diperhatikan para kolektor dan pecinta miniatur kereta. Miniatur kereta yang banyak ditemui di kalangan kolektor di antaranya berbahan resin dan akrilik. Sementara roda dan relnya terbuat dari bahan nikel. Sedangkan untuk menggerakkan kereta miniatur tersebut butuh listrik berdaya 12 hingga 16 volt.
Para kolektor harus merogoh kocek cukup dalam untuk memiliki kereta mini ini. Miniatur gerbong produk lokal yang detil misalnya, dilego Rp 400 ribu per satuan. Sedangkan harga lokomotifnya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. Biasanya bahan untuk roda dan mesin masih impor. Inilah yang menyebabkan harga miniatur masih tinggi.
Kereta juga menjadi sumber inspirasi hidup. Ratusan bahkan ribuan orang menggantungkan hidup di kereta. Sebut saja karyawan perusahaan kereta, pedagang, pengamen, pengemis, dan kuli angkut, belum termasuk angkutan umum yang berada di sekitar stasiun. Kereta telah menghidupi banyak orang.
Salah satu pengais rezeki dari para pengguna kereta adalah Lapaze, kelompok pengamen di jalur Tanah abang - Serpong. Lapaze telah terbentuk lebih dari lima tahun lalu. Lapaze tidak membatasi diri hanya membawakan lagu-lagu pop masa kini. Lagu-lagu dari berbagai jenis musik mereka mainkan karena yang penting bisa diterima pendengar.
Bagi Lapaze, diperlukan kecocokan pertemanan, keakraban pribadi, rasa kekeluargaan, dan komitmen kerja sama, untuk memperkuat grup. Apalagi selama mengamen mereka mendapatkan sesuatu yang tak dapat diukur dengan materi. Mereka mengenal banyak karakter dan sadar akan kepekaan diri terhadap orang lain.
Penumpang kereta cerminan masyarakat heterogen. Pengalaman sehari-hari kadang justru menjadi sumber inspirasi hidup. Dan dari sanalah rezeki itu mengalir.
Sunber(liputan6.com)
Detil dan kemiripan memang menjadi yang paling diperhatikan para kolektor dan pecinta miniatur kereta. Miniatur kereta yang banyak ditemui di kalangan kolektor di antaranya berbahan resin dan akrilik. Sementara roda dan relnya terbuat dari bahan nikel. Sedangkan untuk menggerakkan kereta miniatur tersebut butuh listrik berdaya 12 hingga 16 volt.
Para kolektor harus merogoh kocek cukup dalam untuk memiliki kereta mini ini. Miniatur gerbong produk lokal yang detil misalnya, dilego Rp 400 ribu per satuan. Sedangkan harga lokomotifnya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. Biasanya bahan untuk roda dan mesin masih impor. Inilah yang menyebabkan harga miniatur masih tinggi.
Kereta juga menjadi sumber inspirasi hidup. Ratusan bahkan ribuan orang menggantungkan hidup di kereta. Sebut saja karyawan perusahaan kereta, pedagang, pengamen, pengemis, dan kuli angkut, belum termasuk angkutan umum yang berada di sekitar stasiun. Kereta telah menghidupi banyak orang.
Salah satu pengais rezeki dari para pengguna kereta adalah Lapaze, kelompok pengamen di jalur Tanah abang - Serpong. Lapaze telah terbentuk lebih dari lima tahun lalu. Lapaze tidak membatasi diri hanya membawakan lagu-lagu pop masa kini. Lagu-lagu dari berbagai jenis musik mereka mainkan karena yang penting bisa diterima pendengar.
Bagi Lapaze, diperlukan kecocokan pertemanan, keakraban pribadi, rasa kekeluargaan, dan komitmen kerja sama, untuk memperkuat grup. Apalagi selama mengamen mereka mendapatkan sesuatu yang tak dapat diukur dengan materi. Mereka mengenal banyak karakter dan sadar akan kepekaan diri terhadap orang lain.
Penumpang kereta cerminan masyarakat heterogen. Pengalaman sehari-hari kadang justru menjadi sumber inspirasi hidup. Dan dari sanalah rezeki itu mengalir.
Sunber(liputan6.com)
0 komentar:
Posting Komentar